03 April 2010

SMA Tanjungpinang tempo doeloe

SMA ku ini berdiri pada tahun 1958. Dan aku baru mulai masuk pada tahun 1959. Sebagai sekolah baru, yang lokasinya berada diatas bukit lingkungan sekitarnya masih kosong dan kering. Tidak ada bangunan lain selain sekolah. Juga tidak ada pepohonan. Didepan jalan masuk ke sekolah masih tanah perkampungan kosong yang dipenuhi dengan pohon-pohon karet. Beberapa tahun kemudian baru muncul perkampungan, Kampung Baru namanya. Sedang dilereng-lereng bukit masih ditumbuhi pepohonan karet. Kalau musim angin utara datang, semua jendela harus ditutup rapat-rapat. Hembusan angin begitu kuat membuat jendela berderak-derak. Karena berada diatas bukit pemandangan keluar indah sekali.

Dari ruangan kelasku kita bisa memandang lautan, pulau Penyengat dan kapal-kapal yang lalu lalang. Kita juga bisa memandangi kapal-kapal penumpang besar dari Belawan atau dari Jakarta seperti kapal Koan Maru yang datangnya tiap dua bulan sekali. Kapal-kapal besar hanya bisa berlabuh jauh dari pantai karena tidak bisa bersandar di dermaga pelabuhan Tanjungpinang.

Menuruni bukit kearah jalan Tugu Pahlawan ada jalan setapak tempat lalu siswa yang rumahnya di daerah Kampung Jawa dan sekitarnya.

Ada dua bangunan sekolah, yang satu Sekolah Kepandaian Puteri, dan satunya lagi gedung perluasan SMP dan kalau kita jalan kearah bawah lagi ada SMP I yang letaknya di Jalan Tugu Pahlawan. Kedua sekolah diatas masih dikelilingi pepohonan karet.

Gedung sekolah ku berbentuk L dengan enam ruangan kelas dan satu ruangan adminstrasi dan guru. Dari enam kelas ada dua ruangan kelas yang bisa disambung jadi satu. Kalau ada pertemuan seluruh siswa, terutama kalau ada acara ceramah ruangan itu disatukan menjadi semacam aula dengan lantai yang lebih tinggi dibagian belakang.

Pada waktu Ibu Romlah, guru bahasa Indonesia mengundang Bapak Marah Rusli, pengarang novel Siti Nurbaya, untuk mendiskusikan novel tersebut diadakan juga diruangan ini. Juga kalau ada perlombaan deklamasi antar siswa diadakan diruang ini juga.

Pada masa sekitar akhir tahun 1950-an sekolah menengah atas baru sedikit sekali. Hanya ada satu SMA Negeri, satu SMEA Negeri dan satu SGA (Sekolah Guru Atas) Negeri. Yang terakhir lokasinya tepat ditepi laut.

Aku duduk di kelas I bagian A, yaitu bagian sastra dan kebudayaan. Pada waktu itu pendidikan di SMA dibagi atas tiga bagian, yaitu Bagian A – Sastra dan Kebudayaan, Bagian B Ilmu Pasti/Alam dan bagian C ilmu ekonomi. Mata pelajaran pun dibagi menjadi tiga, yaitu mata pelajaran pokok, mata pelajaran penting, dan mata pelajaran pelengkap.

Mata pelajaran pelengkap hanya diajarkan selama dua tahun, sedang mata pelajaran lain diajarkan selama tiga tahun. Aku memang menyukai bahasa Inggris, sastera dan kebudayaan Indonesia sehingga aku memilih jurusan Sastra ini. Dibagian A aku belajar Bahasa Inggris, Perancis, Jerman, dan tentu saja Bahasa Indonesia, bahasa Kawi dan Kesusteraan Indonesia.

Di bagian A siswanya tidak banyak, karena kebanyakan murid memilih bagian B atau C. Karena aku memang lemah dalam pelajaran matematika dan aljabar maka, aku memilih bagian A yang memang lebih banyak hafalannya.

Tokoh penyair Indonesia Sutarji Calzoum Bachri merupakan alumni SMA Bagian A angkatan pertama. Juga ada Rachman yang pernah menjabat Kepala Dinas Pendidikan Tanjungpinang tahun 80-an. Ada juga Usman Apan, yang pernah menjabat walikota Pekanbaru tahun 90-an.

Pada waktu itu murid-murid SMA Tanjungpinang tidak begitu banyak, sehingga kami mengenal satu sama lain dengan akrab. Tidak hanya dengan teman sekelas, bahkan dengan teman kelas lain pun kita akrab. Juga dengan teman yang lebih senior atau yang yunior.

Guru-guru juga tidak terlalu banyak. Dan kita semua juga saling mengenal. Semua guru merupakan pendatang dari luar Tanjungpinang. Seperti pak Hutabarat yang galak dan keras adalah guru bhs Jerman dan Ilmu Bumi, dan bu Daulay guru bhs Inggris adalah pendatang dari Medan. Pak E.Suparso, guru Aljabar, dari Jogya, pak Herkusumo, kepala sekolah waktu itu, pendatang dari Jakarta. Ada pak Sofyan, guru sejarah, yang semula kukira dari Flores, ternyata pendatang dari Sumatera Barat. Ada lagi guru favorit bagian A, ibu Romlah, beliau mengajar bahasa dan sastera Indonesia, pendatang dari kota Bandung. Terakhir aku mendengar ibu Romlah sudah bergelar Doktor. Ada pak Ismanu, Wiradyo, Ngadiono, mereka adalah pendatang dari Jawa.

Tidak hanya guru-guru saja yang pendatang, para pegawai negeri di Tanjungpinang pun mayoritas pendatang dari seluruh Indonesia. Memang Tanjungpinang pada masa itu penuh dengan para pendatang. Mayoritas penduduk memang penduduk Melayu, kemudian Cina, Jawa, Flores, Banjar dan Batak.

Penduduk Tanjungpinang tidak banyak, tetapi mobil-mobil yang lalu lalang cukup banyak. Ekonomi Tanjungpinang pada masa itu dikuasai oleh ekonomi Singapura, mata uang yang berlaku pun mata uang Singapura. Bagi para pegawai yang mempunyai gaji tetap, Tanjungpinang merupakan sorga.

Guru-guru SMA Tanjungpinang pada umumnya ditempatkan dihotel-hotel yang ada di Tanjungpinang, seperti di Hotel Daya, Hotel Sampurna, dan lain-lain. Dan semua guru rata-rata mempunyai mobil.

Seragam sekolahku cantik sekali. Untuk pria dan wanita hem lengan panjang warna krem, celana dan rok berwarna cokelat muda. Topi sewarna dengan celana/rok. Kombinasi warna yang serasi. Seragam hanya dipakai waktu apel setiap hari senin, atau pada hari-hari nasional. Juga kalau ada upacara kenegaraan dihalaman kantor Bupati (Gedung Daerah).

Pada waktu Bung Karno berpidato di halaman Kantor Daerah ditahun 1960-an, siswa SMA yang paling beda. Seragam ini memang membedakan dengan siswa sekolah lain. Aku bangga dengan seragam ini. Seingatku sekolah lain belum ada yang pakai seragam.

Karena Tanjungpinang pada masa itu termasuk dalam wilayah Kodamar II maka, militer yang ada hanya dari angkatan laut. Bisa dikatakan yang berkuasa di Tanjungpinang adalah Angkatan Laut. Apalagi pada tahun 1960-an Indonesia dalam situasi keadaan perang sehubungan dengan munculnya pemberontakan PRRI/Permesta. Komandan Maritim II merupakan penguasa diatas bupati, bahkan Gubernur. Karena merupakan wilayah Angkatan Laut maka, kapal-kapal perang Angkatan laut sering mengunjungi Tanjungpinang, seperti KRI Gadjah mada, kapal latih Dewa Ruci, dan kapal-kapal selam. Biasanya kalau kapal-kapal perang Angkatan laut datang, kita para murid SMA diundang keatas geladak kapal-kapal perang tersebut, dan berkenalan dengan para kadet yang gagah-gagah, dan berlayar sebentar untuk merasakan bagaimana hebatnya kapal-kapal tersbut Kadang-kadang kami juga mengadakan pertemuan silaturahmi dengan para kadet di Gedung Bupati Tanjungpinang.

Perkenalan itu menggugah keinginan kami para pelajar untuk bisa menjadi seperti para kadet yang gagah dengan seragam putihnya… wah terpikir kalau aku nanti lulus SMA aku akan melamar menjadi Kadet Angkatan Laut. Tetapi keinginan itu menjadi pudar apabila persyaratan untuk menjadi kadet harus dari SMA bagian B.

Yang paling ditakuti dari Angkatan Laut ini adalah DP, polisi dari angkatan laut yang tidak saja polisi bagi tentara AL tetapi juga untuk sipil. Kita salah jalan juga menjadi urusan DP. Pokoknya galak banget deh. Abangku pernah dikejar DP dengan mobil jeepnya gara-gara menuruni jalan Kartini yang berlawanan arah jalan. Sempat juga dibawa ke markas DP dijalan Merdeka (sekarang dipakai oleh polisi lalu lintas ).

Pada waktu libur sekolah SMA ku juga sering mengadakan piknik ke pulau Terkulai yang pasirnya putih dengan pohon-pohon kelapa disepanjang pantai. Kita bisa mengelilingi pulau itu dengan jalan kaki. Pada masa itu, pulau itu sungguh indah… mungkin karena kurang terpelihara sekarang sepertinya terbengkalai. Aku pernah melewati pulau itu beberapa puluh tahun yang lalu… dan memang sudah tidak seindah dulu lagi. Pohon kelapanya sudah sangat jarang dan kering.

Bersama guru sejarah kita juga sering mengunjungi pulau Penyengat. Guruku selalu bercerita bahwa dinding bangunan yang ada di Penyengat bukan menggunakan semen tetapi putih telur. Wah berapa banyak putih telur dihabiskan untuk membangun mesjid yang ada di Pulau Penyengat, pikirku pada waktu itu.

Selain jalan-jalan, SMAku juga sering mengadakan tour oleh raga. Yaitu mengadakan pertandingan sepak bola dan voley di Tanjung Uban dan P.Sambu. Yang mengesankan adalah pada waktu sekolah mengadakan tour ke SMA negeri Pekanbaru, sekitar tahun 1960-an. Tour ini merupakan misi olah raga dan kesenian. Aku termasuk didalamnya karena aku termasuk tim voley. Kami berlayar dengan menggunakan kapal motor, namanya KM Betet. Kapal ini adalah kapal milik pemerintah daerah. Karena salah seorang temanku yang juga peserta tour ada lah putera Bupati pada masa itu maka, kami bisa memakai kapal tersebut.

Berangkat sore hari dari pelabuhan Tanjungpinang, memasuki Tanjung Uban ombak mulai besar, dan satu dua teman mulai mabok laut. Maklum memasuki perairan Laut China Selatan yang ombaknya terkenal besar. Lewat Pulau Sambu malam hari, dikejauhan tampak lampu-lampu kota Singapura. Pagi hari sudah memasuki sungai Siak, kemudian seharian menyusuri sungai Siak dan sore hari sampai di pelabuhan Pekanbaru.

Di Pekanbaru kami menjadi tamu SMA Negeri Pekanbaru, selama beberapa hari. Di Pekanbaru kami mengadakan beberapa pertandingan voley dan sepakbola dilapangan Wirabima.

Juga jalan-jalan ke Bangkinang mengunjungi pabrik karet. Yang paling asyik jalan-jalan ke pasar pusat, yang suasananya sangat Minang sekali.

Waktu mau pulang ke Pekanbaru, mobil Gaz yang kami tumpangi menuju pelabuhan Pekanbaru mengalami kecelakaan… terbalik persis didepan lapangan Wirabima. Untung tidak ada yang celaka, hanya lecet-lecet sedikit.

Sore hari kami meninggalkan Pekanbaru menuju Pulau Karimun. Berhenti sebentar di Karimun, jalan-jalan ke air terjun yang aku lupa namanya. Dan sore harinya pulang kembali ke Tanjungpinang… baru keesokan harinya kita sampai di pelabuhan Tanjungpinang.

Malam minggu merupakan malam yang ditunggu-tunggu oleh semua pelajar tidak hanya SMA tetapi juga sekolah-sekolah lain. Biasanya kalau malam minggu para pelajar lebih banyak nonton bioskop. Di Tanjungpinang pada saat itu memiliki dua gedung bioskop. Dan setiap malam minggu pelajar hanya membayar separuh harga ticket. Kedua gedung tersebut selalu penuh kalau malam minggu. Memang bioskop merupakan satu-satunya tempat hiburan. Film yang dipertunjukkan macam-macam. Ada Barat, ada Indonesia, ada India, dan ada Melayu Semenanjung. Yang paling mengesankan waktu aku dan teman-temanku menonton film Bujang Lapuk. Film arahan P.Ramlee ini berminggu-minggu bertahan sebagai film favorit. Temanku ada yang sampai tujuh kali menonton film ini… sampai hafal semua adegan. Film ini memang film lucu. Sepanjang pemutaran hanya ketawa saja yang terdengar. Hingga sekarang kadang-kadang aku merindukan film ini, ingin menonton kembali… bagaimana P.Ramlee menyanyikan lagu… “Puk Puuuk Bujang Lapuk, ade mancis tak ade rokoookkk… jalan-jalan tersenguk-senguk… bau macam ketiak siape busuk…” hehe.

Disamping nonton biasanya aku dan gengku mencari parata di samping bioskop Gembira atau es gunung… wah nikmat sekali… Bagi pelajar anak orang kaya lain lagi cara menghabiskan malam minggu… kalau pas ada yang ulang tahun mereka mengadakan pesta dansa. Dansa bukan merupakan barang tabu di Tanjungpinang pada masa itu. Lingkungan tidak pernah protes dan suasana aman-aman saja…

Malam mingguan juga sering dihabiskan dengan menonton pertunjukkan di Aula SGA Negeri. Di Aula ini sering sekali digunakan untuk pertunjukkan-pertunjukkan, ada band, ada tarian, ada teater, dan lain-lain. Aku paling suka nonton band. Band lokal yang terkenal saat itu adalah Eka Bintana Combo pimpinan Eddy Noor. Penyanyinya yang terkenal adalah Waluyo Salomon, yang pernah menjadi juara Elvis Presley di Jogyakarta. Band-band lokal banyak juga tetapi hanya sedang-sedang saja. Di aula ini sering juga digunakan untuk perlombaan menari. Tarian yang sedang ngetop tentu saja Serampang dua belas.

Pada setiap bulan Agustus, disamping upacara tujuh belasan di Gedung Daerah, di lapangan depan gereja ayam di jalan “Teratai”, selama sebulan diselenggarakan pasar malam. Pasar malam ini ramai sekali dikunjungi warga Tanjungpinang. Isinya macam-macam, seperti halnya pasar malam dimana-mana. Tetapi yang istimewa di setiap pasar malam Tanjungpinang selalu ada pertunjukkan joged. Penari joged biasanya didatangkan dari Medan atau Singapura. Aku bersama teman-teman kalau pas malam minggu asik menonton joged. Para penari joged, sekitar sepuluhan orang duduk diatas panggung menghadap pengunjung, sedang dibawah duduk para pemain orkes dengan musik khas Melayu atau bisa juga lagu Barat. Pengunjung yang mau berjoged membayar terlebih dahulu, kemudian menaiki panggung dan mengajak salah seorang penari yang cantik-cantik, biasanya amoy-amoy dengan pakaian khas.

Joged ini mirip tarian lenong di Jakarta. Joged ada dua macam, ada joged pulau yang musiknya hanya kendang, biola dan gong dan si penari memiliki aroma wangi yang khas dan menyengat dan ada joged seperti yang ada di pasar malam Tanjungpinang dengan musik orkes dan penarinya juga lebih wangi dengan aroma kota.

Ujian akhir angkatanku diselenggarakan pada bulan Juni '61 secara nasional. Pada masa ujian tersebut yang diujikan adalah semua mata pelajaran pokok dan penting. Ujian diselenggarakan secara tertulis.

Dan setelah ujian yang makan waktu sampai beberapa hari, dilanjutkan dengan pemeriksaan hasil ujian oleh guru-guru dari Pekanbaru dan dari Tanjungpinang sendiri. Nilai dari masing-masing guru yang berbeda itu kemudian dijumlahkan dan dibagi dua. Pada saat pengumuman ujian aku berhasil lulus dengan nilai yang bagus. Pada masa itu tidak ada ranking-rankingan. Kalaulah ada rankingan aku yakin dapat ranking 1.

Karena Perguruan Tinggi hanya ada di P.Jawa maka, kebanyakan dari kami semua mendaftar ke Universitas Negeri di Jakarta, Bandung atau Jogyakarta. Yang tidak mau ke Jawa adalah mereka yang mengikuti KDC di Pekanbaru. Kursus ini berikatan dinas dan diselenggarakan selama setahun dan yang kemudian menjadi pegawai pemerintahan dalam negeri.

Banyak teman-temanku yang mengikuti KDC, dan beberapa tahun kemudian banyak yang menjadi Camat di Kepri. Yang punya duit pada umumnya mendaftar di Bandung.

Bandung merupakan tempat tujuan anak-anak Tanjungpinang melanjutkan studinya. Nggak tahu kenapa… mungkin daya tarik kota Bandung membuat para pelajar yang masih mengantongi uang dollar bapaknya tidak merasa khawatir terhadap pesona kota Bandung.

Aku yang mendengar bahwa Tanjungpinang akan didedolarisasi cukup melamar ke Universitas Gadjah mada… yang relatif lebih murah. Sebelum berangkat ke Jawa, kami harus menyelesaikan surat pindah yang makan waktu berhari-hari. Aku bersama temanku Sutarman yang pernah menjadi Sekretaris DPRD dan pernah juga menjabat sebagai wakil Bappeda Pekanbaru.

Kawan-kawanku sekelas yang ku ingat adalah: Ahmad Rizani (sdh meninggal), Faizal Daulay, M.Yusuf, Suryati A, Suryati B, dan banyak lagi yang aku lupa namanya, tetapi wajahnya aku ingat (karena aku memiliki foto mereka), juga nama-nama temanku di kelas lain, seperti Hanafi Harun, Sutarman, Karim, Usmanuddin, dan banyak lagi…

Tulisan diatas merupakan persepsi saya tentang SMA Negeri Tanjungpinang masa tahun 60-an. Masa-masa indah sewaktu menjadi pelajar lima puluh tahun yang lalu. Kalau ada teman-teman angkatanku yang membaca tulisan ini mungkin bisa menambahkan banyak hal yang terlupakan. Maklum memori seorang alumni yang sudah berusia 68 tahun sudah banyak lupanya. Mohon maaf terhadap nama-nama yang kusebutkan tetapi mungkin sudah tiada. Saya memang sudah kehilangan kontak dengan bekas teman-temanku. Bagi generasi berikut yang membaca tulisan ini bisa menambahkan agar tulisan ini bisa menjadi embrio sejarah SMA Tanjungpinang... tentu saja dengan sistematika yang lebih bagus...

oleh: Joseph Mulyanto (alum ‘61)
disalin dari: Facebook Group: Ika Smansa Tanjungpinang – Kepulauan Riau 
pertanggal: 02/04/2010

3 comments:

Unknown said...

Dear Pak Joseph cerita Bapak begitu indah dan membuat saya kembali teringat akan kampung halaman tercinta Tanjung Pinang. Walaupun angkatan kita jauh berbeda saya angkatan 83 tapi cerita bapak membuat saya jadi menelusuri nama jalan jalan yang bapak sebutkan...terima kasih banyak Pak Joseph.

Unknown said...

ada IKASMA lulusan tahun 1973 ??

Wison, SE said...

@yuri mungkin bisa telusuri melalui groups groups yang ada di facebook bang :-)